widget index


Jumat, 09 Maret 2012

puisi


Sumpah Mati
jangan ada lagi sebuah pertengkaran
Kasih sayang adalah sebuah jalinan
Mohon mengerti ini adalah keadilan
Cobalah bersabar dan sedikit menahan

Jari manis itu masih kosong
Ingin sekali mengambil cincin dari kantong
Tapi warnanya seperti ungu terong
Ya Tuhan Tolong 



Sumpah mati aku jatuh hati
Tak mampu aku menahan diri
Apalagi sampai melewati kesempatan ini
Karena aku tak mau hatinya dicuri lelaki

Empedu itu bertetangga dengan hati
Namun rasanya berbeda tapi tetap asri
Cobalah mengerti seperti apa perasaanku saat ini
Ragu pasti ada dan tetap menyelimuti
Kekesalanku
Sekian lama aku tak bertemu dengan dirinya
Serasa aku sudah melupakannya
Tapi kemarin aku tak sengaja melewatinya
Tapi ia pura-pura tak melihat aku ada

Api membara dalam hatiku
Begitu sakit tak menentu
Ingin sekali kucaci dirinya waktu itu
Berhenti didepannya lalu memukulnya hingga merasa malu

Aku benci
Tiada kata selain menguras isi hati
Perlu dia tahu aku ini bersifat manusiawi
Akan terluka jika dikhianati

Sadar diri dia hanya seorang pemuda biasa
Tapi kenapa dia selalu membayangi setiap langkah yang ada
Aku ini sudah tak mau lagi melihatnya
Tapi kenapa selalu tak sengaja melintas didepannya

Air mata mengalir tiada hentinya
Namun aku hanya mampu menahannya
Sungguh dirinya tak bisa merasakannya
Karena ia tak pernah tahu isi hatiku yang sebenarnya
Benci Tapi Bukan Rindu
Hati ini merasa gundah
Hingga rinai bikin semua basah
Sebelum otak ini diasah
Rasanya seperti berada dalam sampah

Penyesalan tiada henti selalu datang belakangan
Kekesalan hati tetap tak bisa tertahan
Melihatnya bersama wanita idaman
Membuat rasa cemburu membuta dan tak nyaman

Selir hati itu lagu mas Ahmad Dani
Memang benci tapi bukan rindu apalagi masih mencintai
Meski mencoba menghindari
Tapi tetap merasa ingin memiliki

Benci benci benci tapi bukan rindu
Kesal kesal kesal tapi bikin malu
Marah marah marah semua menghantuiku
Lesu lesu lesu kedua mataku karena terus melihatmu

Pergi jauh dan tak usah kembali lagi
Kuikhlaskan dirimu memilih pujaan hati
Sudah jangan melihatku karena aku tak mau itu terjadi
Apalagi sampai ada cinta lama bersemi kembali
Rinai Hujan Malam Hari

Awan gelap bercampur petir
Pepohonan berdoa karena khawatir
Tanah kering menjadi basah seperti terukir
Meresap dalam serat bumi dan mengalir

Tangis terdengar seperti angin ribut
Semua gelap karena tertutup kabut
Kembali menetes halus bak belut
Membuat semua harus menutup mulut

Rinai hujan malam hari
Tak ada pelangi apalagi mentari
Semua peri ingin menari
Bersama bidadari dalam syurga hati

Hembus angin semilir membuat dingin
Menutup pintu agar tak masuk angin
Kalau pun dibilang rajin
Ucapkan saja kata amin

Sayu mata menggerogoti jiwa
Mulailah berdoa kemudian menutup kedua mata
Setelah tak ada suara semua terasa mati gaya
Itu karena sudah masuk ke alam mimpi sana

Melati

Berwarna putih itulah dirimu
Harum dan lembut itulah dirimu
Diminati hati itulah dirimu
Membuat tersenyum itulah dirimu

Menandakan suci bunga yang prawan
Menampakkan cinta yang menawan
Mengharumkan berbagai ruangan
Membuat suasana terasa nyaman

Menenangkan pikiran melebarkan tujuan
Namun bukan untuk dimakan
Putih bersih seperti awan
Yang mampu mengeluarkan seorang tahanan

Menyirat hati namun tak membuat mati
Jangan iri dengan bunga melati
Sesungguhnya ia baik hati
Bisa dijadikan sahabat sejati

Anggur

Merah gelap warnamu namun manis dirimu
Memabukkan pikiran membuat mata sayu
Lupa segala karena meminum kamu
Harusnya tahu bahwa semua itu tak perlu

Diam sejenak membuat suasana membisu
Jangan mengganggu apalagi mencuri hatiku
Sejujurnya aku suka padamu
Apalagi dengan anggur merah bercampur biru

Setahun berlalu aku masih menunggu
Di tempat itu namun kau tak juga menemuiku
Dimana dirimu oh pujaan hatiku
Tak mengertikah dirimu bahwa aku sudah rindu

Anggur itu memang memabukkanku
Sejak saat itu aku masih gila karenamu
Harusnya dulu aku tak bertemu denganmu
Jadinya aku tak akan menunggu

Graphics

Tidak ada komentar:

Posting Komentar