Mekanisme
seleksi alam memainkan peranan penting dalam perkembangan manusia.
Proses yang sangat rumit tersebut menghasilkan manusia modern seperti
saat ini, namun menyisakan beberapa bentuk anatomis (organ) dan
fungsi-fungsi yang, sebenarnya, tidak berguna pada manusia. Berikut
merupakan sepuluh sisa perubahan pada manusia namun tidak memainkan
peranan penting
10. Usus buntu (appendiks)
Usus
buntu merupakan organ yang tidak memiliki fungsi pada manusia namun
justru sering menimbulkan masalah berupa peradangan (appendisitis)
sehingga harus dibuang secara bedah. Walau fungsinya masih terus
diselidiki, banyak ahli sepakat dengan teori Darwin yang menyatakan
bahwa usus buntu berguna dalam pencernaan selulosa (suatu karbohidrat
rantai panjang yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan) pada manusia purba.
Seiring dengan berjalannya evolusi (dan perubahan pola makan manusia),
usus buntu menjadi tidak berguna lagi. Uniknya, beberapa ahli percaya
bahwa seleksi alam memilih untuk mempertahankan usus buntu yang
berukuran besar (dibanding yang ada pada kita saat ini) karena lebih
jarang mengalami peradangan. Usus buntu akan tetap ada bersama-sama
dengan kita dalam jangka waktu panjang – dan menggantung begitu saja
kendati tidak ada fungsinya
9. Tulang koksigeal (os.coccys)
Tulang
koksigeal sering disebut-sebut sebagai ekor manusia. Teori menyebutkan
bahwa manusia berekor seiring evolusi mengalami kehilangan ekor, dan
menyisakan tulang koksigeal. Beberapa fungsi tulang koksigeal yang
diketahui saat ini adalah untuk menunjang beberapa otot bagian belakang
dan menopang pada saat duduk dan memiringkan badan. Selain itu tulang
koksigeal juga menopang posisi anus
8. Titik Darwin (plica semilunaris)
Titik
Darwin ditemukan pada kebanyakan mamalia termasuk manusia. Fungsinya
adalah untuk memfokuskan suara pada hewan, namun tidak demikian pada
manusia. Hanya 10,4 % orang yang memiliki titik Darwin ini, dan diduga
ada peran genetik dalam memunculkan titik Darwin. Titik tersebut (lihat
gambar di atas) merupakan nodul kecil tebal yang berada di antara
pertemuan daun telinga bagian atas dan bawah
7. Kelopak mata ketiga
Jika
kita mengamati seekor kucing mengedip, kita dapat melihat adanya
sebuah membran tipis melintang di matanya – yang disebut sebagai
kelopak mata ketiga. Hal ini jarang ditemukan pada mamalia, namun
banyak terdapat pada burung, reptil dan ikan. Manusia juga, secara
bervariasi, memiliki sisa-sisa dari kelopak mata ketiga (lihat gambar
di atas) namun tidak memiliki fungsi. Hanya ada satu spesies primata
yang memiliki kelopak mata ketiga yang fungsional, yaitu Calabar
angwantibo yang hidup di Afrika Barat.
6. Gigi geraham tambahan (molar 3)
Dahulu
manusia purba mengonsumsi tumbuh-tumbuhan dalam jumlah besar dan
dengan cepat untuk memenuhi kebutuhannya dalam sehari. Untuk itu maka
terdapat set gigi geraham tambahan (terletak paling belakang) sehingga
membuat proses mengunyah menjadi lebih produktif. Namun seiring dengan
evolusi (dan perubahan pola makan manusia) maka rahang manusia menjadi
lebih kecil dan gigi geraham tambahan tersebut menjadi tidak berguna.
Pada populasi tertentu, gigi geraham tambahan ini sudah tidak ditemukan
lagi (meskipun ada juga yang masih memilikinya).
5. Otot plantaris (m.plantaris)
Otot
plantaris awalnya digunakan oleh hewan untuk menggenggam dan
memanipulasi objek dengan kaki – seperti seekor kera yang menggunakan
kakinya untuk mengupas buah dll. Manusia juga memiliki otot ini namun
tidak berkembang dengan maksimal, sehingga dokter sering menggunakan
otot ini untuk menambal pada proses bedah rekonstruksi. Otot ini tidak
begitu penting sehingga 9% manusia dilahirkan tanpa otot ini lagi.
4. Otot telinga (m.auricularis)
Disebut
juga sebagai otot telinga luar, otot auricularis sering digunakan oleh
hewan untuk memutar dan menggerakkan telinganya (tanpa menggerakkan
kepalanya) dengan tujuan memfokuskan terhadap suara tertentu. Manusia
juga masih memiliki otot ini namun kita tidak pernah menggunakannya
seperti hewan – otot ini begitu lemah sehingga kita hanya mampu membuat
gerakan lemah pada telinga walau dengan susah payah. Kita bisa melihat
penggunaan otot ini pada kucing, di mana mereka sering kali
membalikkan telinganya untuk fokus terhadap mangsa yang diincarnya.
3. DNA “sampah” (L-gulonolactone oxidase) junk DNA
DNA
ini merupakan DNA yang tidak bisa digunakan untuk
metabolisme/produksi. Pada awalnya manusia memiliki DNA ini untuk
menghasilkan enzim yang memproses vitamin C (disebut: L-gulonolactone
oxidase). Kebanyakan hewan lain juga memiliki DNA ini, namun – sama
seperti manusia – DNA ini menjadi nonfungsional sehingga menjadi DNA
“sampah”. Yang menarik, adanya DNA ini menjadi petunjuk adanya
kekerabatan spesies di muka bumi ini.
2. Organ Jacobson (vomeronasal)
Organ
ini terletak di hidung dan berfungsi dalam mendeteksi feromon (zat
kimia yang merangsang panggilan seksual, sebagai peringatan bahaya,
atau sebagai penunjuk adanya makanan). Organ ini masih terdapat pada
hewan (seperti semut) dan digunakan untuk berbagai hal, misalnya untuk
mencari pasangan atau mengumpulkan makanan. Manusia juga pada awalnya
memiliki organ Jacobson, namun seiring berjalannya waktu organ ini
menjadi nonfungsional sehingga manusia tidak dapat menemukan pasangan
hanya dengan mengandalkan organ ini.
1. Bulu kuduk (cutis anserina)
Manusia
akan merinding dan berdiri bulu kuduknya ketika sedang kedinginan,
ketakutan, marah atau terpesona. Hewan juga memiliki bulu kuduk untuk
hal yang sama, misalnya seekor kucing atau anjing yang menegakkan bulu
kuduknya apabila sedang berhadapan dengan musuh. Dalam cuaca dingin,
bulu kuduk yang berdiri akan memerangkap udara di antara kulit sehingga
memberi sensasi kehangatan. Jika sedang ketakutan, bulu kuduk yang
berdiri akan membuat hewan terlihat lebih besar sehingga menakuti
musuhnya. Manusia tidak lagi memiliki fungsi bulu kuduk seperti dahulu –
apalagi setelah penemuan pakaian, berkurangnya kompetisi secara fisik
dll. Proses seleksi alam secara perlahan menghilangkan bulu kuduk,
namun masih menyisakan sedikit seperti yang dapat kita rasakan jika
sedang ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar